PENGGUNAAN ANTISEPTIK ALKOHOL 70% DAN OCTENIDINE DIHYDROCHLORIDE 0,1% PADA PROSEDUR PEMASANGAN INFUS UNTUK MENCEGAH PHLEBITIS
https://doi.org/10.35974/jsk.v3i1.583
Kata Kunci:
Alkohol 70%, Octenidine Dihydrochloride 0, 1%, PhlebitisAbstrak
ABSTRAK
Pendahuluan: Antiseptik alkohol merupakan cairan antiseptik yang sering digunakan sebelum penusukan infus dalam pencegahan masuknya mikroorganisme. Pemberian antiseptik lain untuk kulit adalah Octenidine Dihydrochloride 0,1% yang terbukti efektif dalam melawan berbagai macam mikroorganisme, penutupan luka, dan tidak beracun. Octenidine Dihydrochloride 0,1% biasanya tidak dipakai dalam pengolesan antiseptik sebelum penusukan infus. Metode: Penelitian ini menggunakan metode eksperimen dengan Post-Test Only Design dan sampel dipilih dengan menggunakan metode Purposive sampling Hasil: Perolehan data nilai skala phlebitis dihitung menggunakan rumus median, kemudian dilanjutkan uji statisktik melalui uji Mann-Whitney didapatkan hasil tidak ada perbedaan angka yang signifikan dengan nilai p = 0,317 α > 0.05 dalam penurunan kejadian phlebitis kepada pasien rawat inap selama 3-4 hari perawatan. Diskusi: Kesimpulan penelitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan angka kejadian phlebitis antara penggunaan antiseptik alkohol 70% dan Octenidine Dihydrochloride 0,1%. Octenidine Dihydrochloride 0,1% dapat digunakan sebagai antiseptik alternatif pada pemasangan infus.
Â
Kata Kunci: Alkohol 70%, Octenidine Dihydrochloride 0,1%, Phlebitis
Â
ABSTRACT
Introduction: Antiseptic alcohol is a liquid antiseptic that is often used prior to insertion of the infusion in preventing the entry of microorganisms. Giving another antiseptic for skin is Octenidine Dihydrochloride 0.1% which proved effective against a variety of microorganisms, wound closure, and non-toxic. Octenidine Dihydrochloride 0.1% are usually not used in the application of an antiseptic before insertion of the infusion. Method: This study used an experimental method with Post-test Only Design and the sample was selected using purposive sampling method. Result: Data acquisition phlebitis scale value is calculated using the median, then proceed through the test statistics Mann-Whitney test showed no significant difference in the numbers, with p = 0.317 α> 0.05 decreased incidence of phlebitis in patients hospitalized for 3-4 days of treatment. Discussion: The conclusion of this study showed no difference in the incidence of phlebitis between the use of antiseptic alcohol 70% and Octenidine Dihydrochloride 0.1%. Octenidine Dihydrochloride 0.1% can be used as an antiseptic alternative to the infusion.
Keywords: Alkohol 70%, Octenidine Dihydrochloride 0,1%, Phlebitis
Unduhan
Referensi
Besral. (2013). Analisa Data Riset Kesehatan Menggunakan SPSS Tingkat Dasar. Departemen Biostatistika : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.
Chandra, A., Wasisto, U., & Agrina (2013). Analisis faktor yang berhubungan dengan kejadian phlebitis pada pasien yang terpasang infus di ruang medikal chrysant Rumah sakit awal bros pekanbaru.
Dettenkofer, M., Wilson, C., Gratwohl, A., Schmoor, C., Bertz, H., Frei, R., ... & Widmer, A. F. (2010). Skin disinfection with octenidine dihydrochloride for central venous catheter site care: a doubleâ€blind, randomized, controlled trial. Clinical Microbiology and Infection, 16(6), 600-606
Higginson, Ray & Andrew. (2011). Phlebitis: Treatment, care and prevention. Nursing Times, 107(18).
Moritz, S., Wiegand, C., Wesarg, F., Hessler, N., Müller, F. A., Kralisch, D., ... & Fischer, D. (2014). Active wound dressings based on bacterial nanocellulose as drug delivery system for octenidine. International journal of pharmaceutics, 471(1), 45-55.
Müller, G., Langer, J., Siebert, J., & Kramer, A. (2014). Residual antimicrobial effect of chlorhexidine digluconate and octenidine dihydrochloride on reconstructed human epidermis. Skin pharmacology and physiology, 27(1), 1-8.
New Zealand. Intravenous Nursing. (2006). Phlebitis. New Zealand: Incorporated S.ociety.
Rundjan, L. (2011). Skin antiseptic choice to reduce catheter-related bloodstream infections. Paediatrica Indonesiana, 51(6), 345-50.
Salgueiro-Oliveira, A., Parreira, P., & Veiga, P. (2012). Incidence of phlebitis in patients with peripheral intravenous catheters: The influence of some risk factors. Australian Journal of Advanced Nursing, The, 30(2), 32.
Slobbe, L., Doorduijn, J. K., Lugtenburg, P. J., El Barzouhi, A., Boersma, E., Van Leeuwen, W. B., & Rijnders, B. J. (2010). Prevention of catheter-related bacteremia with a daily ethanol lock in patients with tunnelled catheters: a randomized, placebo-controlled trial. PLoS One, 5(5), e10840.
Stahl, J., Braun, M., Siebert, J., & Kietzmann, M. (2011). The percutaneous permeation of a combination of 0.1% octenidine dihydrochloride and 2% 2-phenoxyethanol (octenisept®) through skin of different species in vitro. BMC veterinary research, 7(1), 1.
Suyanto (2011). Metodologi dan aplikasi penelitian keperawatan. Nuha Medika
Tirali, R. E., Bodur, H., & Ece, G. (2012). In vitro antimicrobial activity of sodium hypochlorite, chlorhexidine gluconate and octenidine dihydrochloride in elimination of microorganisms within dentinal tubules of primary and permanent teeth. Med Oral Patol Oral Cir Bucal, 17(3), 517-22
Tjay, H.T., dan Rahardja Kirana. (2007). Obat-obat penting: Kasiat, penggunaan, dan efek-efek sampingnya. Edisi 6. PT. Gramedia, Jakarta.
##submission.downloads##
Diterbitkan
Cara Mengutip
Terbitan
Bagian
Lisensi
Hak Cipta (c) 2021 Shella Beatrix, Gilny Aileen Joan, Denny Ricky
Artikel ini berlisensiCreative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Penulis yang mempublikasikan naskahnya di jurnal ini menyetujui hal-hal berikut:
- Hak cipta tetap pada penulis, penulis memberikan kepada jurnal hak penerbitan pertama dan sekaligus melisensi karyanya mengikuti Creative Commons Attribution License yang mengizinkan orang lain untuk berbagi karya dengan penghargaan terhadap hak kepenulisan dan penerbitan pertama di jurnal ini.
- Penulis bisa mengikuti kontrak tambahan lain untuk distribusi non-ekslusif bagi karyanya tersebut (contoh: mempostingnya ke repositori institusi atau menerbitkannya dalam sebuah buku), dengan penghargaan terhadap penerbitan pertama di jurnal ini.
- Penulis diizinkan dan didorong untuk mem-posting karya mereka online (contoh: di repositori institusi atau di website mereka) sebelum dan selama proses penyerahan, karena dapat mengarahkan ke pertukaran produktif, seperti halnya sitiran yang lebih awal dan lebih banyak dari karya yang diterbitkan. (Lihat The Effect of Open Access).